Mahasiswa Hari Ini Dan Esok Nanti , Sebuah Kemunduran Zaman!


Tupoksi mahasiswa, agen perubahan, kontrol sosialMampir Nulis, Opini - Sebelum membahas lebih jauh, sebaiknya kita semua berdamai dengan hati dan pikiran kita. Berpikir secara jernih dengan akal sehat dan hati nurani. Maksudnya, kita semua akui dulu bahwa saat ini, telah memasuki jenjang pendidikan lebih tinggi, tak lain yaitu masuk kedalam kehidupan perguran tinggi dan menyandang status sebaga mahasiswa. Baca dengan tegas kata MAHA sebelum SISWA. Cumah ada dua kata didunia ini yang bersandar sejajar dengan kata MAHA, selain MAHA ESA, hanya ada MAHA-SISWA.

Eits, jangan salah anggap. Bukan dalam artian memiliki kedudukan yang sama dengan MAHA ESA. Kalau begitu kita semua Syirik karena menyamakan dirinya sebaga Tuhan. Mkasud kata maha tersebut diatas merupakan penekanan bahwa teman-teman yang baru saja memasuki dunia kampus, bukan lagi sebagai siswa sewaktu menempuh pendidikan di SMA/sederajat. Dalam artian jangan disamakan. Memiliki jiwa kritis dan semangat perubahan citra yang tidak bisa lepas dari status  mahasiswa, masyarakat pada umumnya menilai seperti itu.

Lantas bagaimana kondisi mahasiswa hari ini? Seperti yang sering teman-teman lihat, mahasiswa kerap aksi demonstrasi dijalan, mengkritisi pemerintah, mendampingi masyarakat, sebagai agen perubahan dan agen control sosial. Pada dasarnya itu tupoksi mahasiswa, selaku kaum intelektual, dan para akademisi lainnya sebagai tanggung jawab moralnya. Kalau sekarang? Mahasiswa hari ini sebaliknya. Berada di zona nyaman, mengisi panggung-panggung hiburan, dan pentas hedonitasnya (hura-hura, nongkrong, ngegosip, pulang kampus kosan, pacaran). Eksis di dunia maya, absen di kehidupan nyata
Tupoksi mahasiswa sebagai agen perubahan dan kontrol sosial

Panggung hiburan maksudnya, coba teman-teman lihat, setiap acara hiburan di televise ataupun diluar, kebanyakan pengunjungnya yaitu dari mahasiswa. Dengan bangga ketika ditanya “Yang sebelah kanan dari mana, kemudian sorak sorai menjawabnya” Seperti itulah aktivitas mahasiswa hari ini. Berdiaspora dengan industry hiburan. Dan bercumbu bersama budaya hedonitasnya. Apa tidak boleh? Sangat boleh, tidak ada yang melarang.

Hanya saja terlihat miris, menyayat nurani dan mencabik akal sehat. Dimana sebagai seorang mahasiswa seharusnya berada ditengah-tengah dinamika perubahan sosial, politik, budaya, bersama masyakat dan mengeluarkan aspiasinya sebagai penyambung lidah. Kini hilang ditelan zaman. Terbaru arus, bukannya maju justru mengalami kemunduruan zaman. Apa tidak malu dengan mahasiswa di era dulu, dimana demokrasi dipasung, kebebasan disandra, keadilan dimusnahkan, kemanusiaan terancam, justru mahasiswa ada memperjunagkan dengan segaala resikonya.

Perkembangan zaman, seyogyanya membawa kita membawa kepada perubahan lebih baik. Modernitas yang hakiki yaitu bukan dari pakaian apa yang kita kenakan, gadget apa yang kita pakai, gaya mana yang kita tiru, pacaran model apa yang harus kita lakukan. Bukan, bukan itu. Modernitas itu yaitu proses berfikir visioner,  apa yang bisa kita persembahkan kepada sesama  dengan memanfaatkan kemujan iptek yang ada. Mahasiswa harus ada dalam modernitas seperti itu. Sekali lagi, ingat, saat ini kalian adalah MAHASISWA, para generasi harapan bangsa. Lakukanlah hal kecil, tapi penting (BERORGANISASI). Hanya kesadaran (dari hati dan akal sehat) sarat mutlak transformasi sosial. Selamat datang teman-teman mahasiswa, selamat berproses,  kawah candradimuka menanti didepan mata. 
Tupoksi mahasiswa sebagai agen perubahan dan kontrol sosial

Notes:
- Tulisan diatas merupakan opini dari Epri Fahmi Aziz, mahasisw Unswagati, untuk mengisi majalah edisi PKKMB di Lembaga Pers Mahasiswa Semua Tentnag Rakyat (LPM SETARA), www.setaranews.com
- Sebarkan opini diatas jika dirasa bermanfaat

No comments:
Write komentar

Terima kasih sudah bertanya dan memberi komentar. Mohon maaf apabila ada pertanyaan yang tidak bisa kami jawab atau kurang memuaskan!

Featured

Recent Posts Widget